(kalo mau yang lengkap tentang kepramukaan, coment aja yaa :)
ada file'y juga lho!! mengenai sumbernya, terlisensi ko')
ada file'y juga lho!! mengenai sumbernya, terlisensi ko')
Riwayat Lord Baden Powel, Pendiri Kepramukaan
Berkembangnya Revolusi
Industri di Eropa sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merubah cara-cara hidup masyarakat Eropa. Revolusi Industri sangat berpengaruh
pada tatanan kehidupan sosial dan ekonomi dengan terciptanya kesenjangan antara
kaum kapitalis dan kaum proletar. Ketegangan sosial muncul dimana-mana dan
mengakibatkan lumpuhnya kehidupan sosial dan ekonomi.
Konflik sosial yang
terjadi berkepanjangan tersebut juga terjadi di Inggris yang mengakibatkan
rusaknya pola kehidupan remaja Inggris saat itu. Melihat perkembangan tersebut,
Baden Powell, seorang perwira Inggris, memikirkan cara-cara untuk memperbaiki
karakter pemuda Inggris. Dengan berbekal
pengalaman militernya selama di India dan Afrika, Baden Powell menerapkan scouting – yang semula digunakan untuk
melatih tentara muda – bagi para pemuda Inggris yang disesuaikan dengan
kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi kaum muda Inggris pada waktu itu.
Adapun The Basic Principle of Scouting
yang diterapkan oleh Baden Powell adalah ;
1. Duty to God
2. Duty to others
3. Duty to self
4. Promise and law
Baden Powell lahir di London , Inggris, pada
tanggal 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Nama
Baden Powell diambil dari nama ayahnya, Domine HG Baden Powell, seorang
profesor Geometri di Universitas Oxford .
Ayahnya meninggal pada saat Stephenson masih berusia tiga tahun. Ibunya adalah
putri dari seorang Admiral Kerajaan Inggris bernama WT Smyth. Jadi Baden Powell
merupakan keturunan seorang ilmuwan dari satu pihak dan keturunan petualang
berpengalaman di pihak lain.
Tahun 1870, Baden
Powell memasuki Charterhouse School di London dengan beasiswa. Ia bukan seorang
pelajar yang luar biasa, tetapi ia adalah seorang yang giat. Ketangkasannya
dalam olah raga terutama sebagai penjaga gawang kesebelasan sekolah dan
bakatnya dalam seni seperti drama dan musik menjadikannya pusat perhatian.
Baden Powell juga pandai menggambar, bakat ini kemudian memudahkannya menghiasi
karangan-karangannya sendiri.
Baden Powell
menamatkan pendidikannya di Charterhouse
School pada usia sembilan
belas tahun. Beberapa waktu setelah sekolahnya selesai, Baden Powell berangkat
ke India
sebagai Pembantu Letnan dalam resimen yang terkenal pada Perang Krim - Charge
of the Light Brigade. Selain prestasinya dalam ketentaraan - menjadi Kapten
pada usia 26 tahun - ia dikenal sebagai pemburu babi hutan di India dan
memperoleh piala "pigsticking". Olah raga ini sangat dihargai di India
karena babi hutan dianggap satu-satunya binatang yang berani minum air bersama
dengan harimau.
Pada tahun 1887, Baden
Powell berangkat ke Afrika, untuk ikut serta berperang melawan Suku Zulu,
kemudian Suku Ashanti
dan Suku Matabele. Karena keberanian dan kepandaiannya penduduk Afrika menamakannya
dengan "impeesa" - serigala yang tidak pernah tidur. Karena
kecakapannya itu, tahun 1899 pangkatnya telah dinaikkan menjadi Kolonel.
Pada waktu itu
hubungan pemerintah Inggris dengan Transval (Afrika Selatan) telah memuncak
pada titik perpecahan. Baden Powell membentuk dua batalyon pemburu berkuda dan
berangkat ke Mafeking .
"Siapa menduduki Mafeking ,
berkuasa di Afrika Selatan", demikian dikatakan penduduk asli Afrika.
Perang pecah pada tanggal 13 Oktober 1899. Selama 217 hari Baden Powell berhasil
menduduki dan mempertahankan Mafeking
dalam pengepungan Bangsa Boer yang jumlahnya jauh lebih besar. Baden Powell
dapat mempertahankan kota
tersebut sampai akhirnya bantuan datang pada tanggal 18 Mei 1900. Baden Powell
yang kemudian berpangkat Mayor Jendral adalah pahlawan bagi bangsanya.
Tahun 1901 Baden Powell kembali ke
Inggris. Ia kemudian menulis buku yang diperuntukkannya bagi prajurit muda, Aids to Scouting. Buku tersebut sangat
digemari bukan saja oleh para prajurit melainkan juga oleh masyarakat Inggris
khususnya para remaja. Dalam satu bulan saja sedikitnya terjual 60.000 buku,
karena masyarakat tua dan muda menggemari buku ini. Surat-suratpun berdatangan
terutama dari anak-anak yang menginginkan sesuatu yang lebih kongkrit dari
cerita dalam buku. Baden
Powell menyadari suatu panggilan untuk membantu anak-anak negaranya.
Atas desakan tersebut
berkumpulah 21 orang pemuda dari berbagai lapisan masyarakat yang tergabung
dalam Boys Brigade di bawah pimpinan William Smyth mengikuti perkemahan pada tanggal
25 Juli 1907 di Brownsea Island selama delapan hari. Dalam perkemahan itu
dipraktekkan cara-cara memasak, berenang, menyelidik, merintis, permainan,
mengembara serta api unggun dan lain-lain. Perkemahan tersebut terselenggara
dengan baik dan kemudian dijadikan sebagai perkemahan kepanduan pertama.
Sesudah
perkemahan tersebut, dua minggu sekali diterbitkan buletin "A Handbook for Instruction in Good
Citizenship Through Woodcraft". Isi buletin ini diambil dari buku Aids to Scouting dan pengalaman saat
berkemah di Brownsea Island. Setelah enam kali terbit buletin ini kemudian
dibukukan menjadi buku "Scouting for
Boys". Beberapa saat setelah buku ini diterbitkan dan dijual di
toko-toko buku maupun tempat-tempat penjualan surat kabar, maka terbentuklah regu-regu dan
pasukan pandu dari berbagai lapisan masyarakat. Dengan terbitnya buku ini dapat
dikatakan lahirnya cikal bakal kepanduan. Buku tersebut kemudian menyebar ke
seluruh Inggris, Eropa dan kemudian ke benua-benua lainnya.
Setahun
kemudian Baden Powell menyelenggarakan perkemahan kepanduan kedua di tempat
yang sama dengan jumlah pandu sebanyak 1.500 anak. Dua tahun kemudian menjadi
109.000 anak dan diikuti oleh negara-negara di Eropa yang akhirnya menyebar ke
seluruh dunia. Akhirnya Baden Powell memutuskan untuk mengundurkan diri dari
ketentaraan pada tahun 1910 dengan pangkat terakhir Letnan Jendral dan
mengabdikan dirinya untuk menumbuhkembangkan kepanduan.
Pada
tahun 1912, Baden Powell mengadakan perjalanan keliling dunia untuk meninjau
perkembangan kepanduan di berbagai negara. Pada tahun inilah permulaan
kepanduan dinyatakan sebagai persaudaraan sedunia. Tahun 1920 di London
berkumpul pandu dari seluruh dunia untuk mengadakan Jambore Dunia Pertama. Pada
malam terakhir yaitu pada tanggal 6 Agustus 1920, Baden Powell diangkat sebagai
Chief Scout of the world, Bapak Pandu
Sedunia. Pada tahun 1929, Baden Powell juga dianugerahi rajanya - George V -
dengan julukan bangsawan Lord Baden Powell of Gilwell.
Di
usianya yang kedelapanpuluh tahun ia kembali ke Afrika yang dicintainya.
Walaupun Baden Powell tidak menyetujui penjajahan yang dilakukan negaranya, ia
telah menunjukan kesetian terhadap negara dan rajanya. Baden Powell meninggal
di Kenya
di suatu tempat yang tenteram pada tanggal 8 Januari 1941, sebulan sebelum
ulang tahunnya yang kedelapanpuluh empat.
Berkembangnya Kepramukaan di Indonesia
Tiga
setengah abad lamanya bangsa kita terpuruk dalam belenggu penjajahan Belanda.
Di awal abad ke-20 tampillah pemuda-pemuda pribumi yang baru pulang menimba
ilmu di tanah seberang. Pada tahun 1908 sekelompok pemuda menyandang cita-cita
luhur mendirikan Budi Utomo yang menjadi tonggak sejarah pergerakan nasional.
Kelahiran Budi Utomo menggugah kesadaran berbangsa pemuda-pemuda Indonesia .
Momentum inilah yang kemudian dikenang sebagai era kebangkitan bangsa.
Dalam
pada itu, gagasan Baden Powell tentang pendidikan kepanduan dikembangkan di
berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia yang pada saat itu masih
dalam penjajahan Belanda. Di Indonesia, Belanda mendirikan organisasi kepanduan
dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) pada tanggal 14
September 1914. Pemuda-pemuda
Indonesia mulai
mengenal kegiatan kepanduan dan masuk di dalamnya untuk menggali bekal bagi
perjuangan pergerakan nasional.
Oleh
para pemimpin pergerakan nasional, gagasan Baden Powell diambil dan kemudian
dibentuklah organisasi-organisasi kepanduan yang sesuai dengan tujuan
pergerakan nasional. Perhimpunan kepanduan di Indonesia tumbuh menjamur di
seluruh pelosok tanah air. Diawali pada tahun 1915, Taruna Kembang lahir di
daerah Kasunanan Surakarta
di bawah pimpinan Pangeran Suryoroto. Setahun kemudian, Sri Paduka Mangkubenoro
Ke-7 mendirikan Javaanse Padvinders Organizatie (JPO). Di Yogyakarta pada tahun
1918 KH. Ahmad Dahlan memprakarsai berdirinya Padvinders Muhammadiyah (PM) yang
pada tahun 1920 menjadi Pandu Hisbul Wathon, juga Syarekat Islam di bawah
pimpinan Azarkasi mendirikan Kepanduan Wiratamtama yang pada
tahun 1926 menjadi Syarekat Islam Afdeling Padvindery (SIAP). Sedangkan Mr.
Kasman Sumodimedjo pimpinan Jong Islamieten Bond mendirikan Nationale
Islamitische Padvindery (NATIPIY). Ikut pula berdiri memperkuat barisan
kepanduan kepanduan A1-Irsyad di Surabaya, Pandu Pemuda Sumatera dan Jong
Borneo Padvindery.
Tujuan
pendidikan kepramukaan tidak lain adalah membentuk karakter bangsa baik sebagai
seorang individu maupun sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat.
Dengan demikian program-program kegiatan kegiatan kepramukaan harus bertumpu
pada tuntutan dan kebutuhan generasi muda sekarang beserta harapan orang tua
dan keluarganya. Saat ini masyarakat Indonesia
terpuruk dalam tiga hal yakni kebodohan, kemiskinan dan tidak mencintai
lingkungan hidup. Kedalam tiga masalah itulah Gerakan Pramuka diharapkan dapat
menjawab tantangan masyarakat. Seorang yang mengikuti pendidikan kepramukaan
seyogyanya memiliki nilai tambah. Dia lebih pintar dan cerdik dari
teman-temannya, dia lebih mampu mengelola hidupnya secara sosial ekonomi, serta
dia lebih peduli dengan alam dan lingkungannya.
Di tengah krisis multi dimensional
yang melanda Indonesia sekarang ini, Pramuka hendaknya bisa tampil ke depan
sebagaimana sejarah mengatakan bahwa Pramuka selalu menjadi pelopor sejarah
perjalanan bangsa. Mari kita niatkan bersama bahwa kegiatan kepramukaan yang
kita laksanakan ini adalah untuk membangun peradaban sebuah bangsa, bangsa yang
besar, bangsa yang indah, bangsa yang disegani dunia, bangsa yang dicintai Yang
Maha Pencipta. Bangunlah jiwanya … bangunlah badannya … untuk Indonesia Raya.
Kami … Pandu Ibu Pertiwi.
KEEP ON SCOUTING !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar