PERNIKAHAN DINI
ESAI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari
Bapak Ading Rochendy, S.Pd., M.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Yayang Deta Mey Mareta
Kelas:
XII IPA 2
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANTARUJEG
Jalan Siliwangi No. 119 Bantarujeg, Majalengka 45464
2012
Early Marriage?? Say NO to it!!
“Kenapa sih kamu kok kayaknya merasa kudu
menjalani aktivitas pacaran?”
Ayo, yang merasa melakukan perbuatan
dosa ini tolong jawab, J
tapi dalam hati masing-masing.
(emang dengerinnya gimana?)
Pengen kenal lebih dekat? Pengen ada
teman ngobrol untuk curhat? Agar bisa disebut laku? Pengen nyari suasana baru?
Atau apa sih yang diinginkan mereka?
Tapi yang pasti, pacaran udah menjadi
gaya hidup remaja.
Bener,
kayaknya kalo nggak melakukan itu takut dianggap kuno, ngeri kalo dianggap
kuper, alergi kalo mendapat sebutan nggak laku, minder kalo digelari anak yang
punya kelainan jiwa. Wah, pokoknya banyak banget sebutan yang sengaja terus
diciptakan supaya remaja ikutan dengan gaya hidup Jahiliyah ini. Maka jangan
heran bila semua media massa memberikan gambaran yang dibutuhkan dan harus
dijalani kaum remaja, dan pacaran adalah salah satunya. Pokoke, kalo nggak
pacaran, nggak gaul deh!!. Kalo nggak rendezvous, nggak seru. Aduh, kontan aja
teman remaja yang tekor iman bisa langsung percaya dengan pameo ini. Gaswat bin
bahaya, kawan…
Nah,
kalo udah ada masalah MBA?? Pastinya saling menyalahkan antara cewek or
cowok,bahkan ngajak-ngajak ortu, tentu itu nggak kena dong. Sebab, justru
masalah utamanya adalah aktivitas pacarannya itu. Jadi, yang udah bikin
sengsara kamu-kamu itu berawal dari pacaran. Dengan kata lain, pacaranlah
biang keladinya. Jadi yang kudu dituduh adalah budaya jahiliyah ini. Akibat
tradisi inilah hubungan antara pria dan wanita menjadi rusak, tak lagi bermakna
dan nggak sakral.
Apa
kamu mau ikut-ikutan gaya hidup remaja Barat yang liar bin binal? Perlu kamu
tahu, bahwa anak gadis di sana, pada usia 17 yang belum juga dapat pacar, bokap-nyokap’nya
resah. Maka tak usah kaget atau heran, kalo mereka kemudian diberikan kebebasan
oleh bonyoknya untuk bergaul dengan teman pria mereka dengan sesuka mereka.
Yang penting jangan mengkonsumsi narkoba atau berbuat kriminal. Kalo gaul bebas
boleh-boleh saja. Buktinya? Mereka malah memberikan jalan. Di televisi, dalam
film-film, koran, majalah, tabloid, dan di kehidupan nyata, “all contain
elements of promiscuity and sex.”
Dengan
begitu, angka seks bebas di negara yang emang membiarkan terjadi begitu
terbukti tinggi. Sebagai contoh, dari data yang didapat PBB mengatakan bahwa lebih
dari 80% siswa SMU di Cina pernah melakukan hubungan seks bebas. Celakanya
lagi, mereka menganggap bahwa hal itu adalah hal yang biasa. Malah ada yang
menyetujui hubungan itu. Menurut hasil survei PBB ada 30,4% yang setuju dengan
seks bebas dan 47,8% yang berpikir hal itu bisa dimaklumi. Nah, lho! K
Itu
bisa terjadi bila hubungan antara dua lawan jenis ini begitu dekat dan lengket.
Sebab, nggak mungkin terjadi hal begituan bila hubungannya terjaga dengan benar
dan baik. Sementara dalam pacaran, kamu tahu sendiri kan bagaimana
aktivitasnya? LIAR! Begitulah gambaran perbuatan yang nyerempet-nyerempet
dengan perzinaan. Dan sudah jelas bahwa aktivtas z-i-n-a itu adalah
haram. Firman Allah Swt; yang artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk.” (QS al-Isrâ [17]: 32)
Kawan,
dalam ajaran agama kita telah diatur dengan jelas, bagaimana seharusnya kita
bersikap dan bertingkah laku. Tentu supaya kita selamat di dunia dan di
akhirat. Jadi sebetulnya, nikah dalam usia dini lebih baik ketimbang Married By
Accident. “Nikah” ibadah, “gaul bebas” maksiat. Namun, bila kamu masih belum
mampu memenuhi syariat2 nikah, lebih baik hindari pacaran, seringlah
berpuasa, dan fokus belajar.
Pernikahan
Dini emang mewakili banget kehidupan remaja. Khususnya ketika remaja yang
bergaul bebas terlanjur hamil. Sementara untuk melakukan aborsi takut, udah
gitu kebetulan “gacoan”nya mau bertanggung-jawab untuk menikahinya—meski dengan
paksaan. Akhirnya yaa, memilih membesarkan calon anaknya meski dengan
menyandang status MBA.
Memang
benar, hal yang paling menakutkan bagi remaja dalam pergaulan bebas mereka
adalah masalah kehamilan dan penyakit menular. Sehingga, saat pacaran mereka
selektif banget dan ketat supaya nggak terjadi apa yang disebut dengan
kehamilan atau tertular penyakit seksual. Tapi teman remaja lupa, bahwa akar
masalahnya justru aktivitas pacarannya itu. Coba, dua insan berlainan jenis
yang sedang dimabuk asmara, pasti pengennya deket-deketan aja. Dan bila ada
kesempatan, langsung bikin janji untuk ketemu. Kalo udah begitu, jangan harap
kamu bisa mengendalikan diri. Ujungnya? Hubungan “luar-dalam” pun tak mustahil
bisa kamu jalani. Ih,naudzubillahi mindzalik.
Untuk
kawan2, inget!! Semua ada dampak positif or negatifnya, termasuk
menikah dini. Dan kebanyakan dampak negative akan menimpa kita-kita, Sista.
Contohnya aja, ga bisa bebas main-main lagi, kegiatan school kita terhambat,
belum lagi masalah penyakit yang akan menyerang rahim kita. Buat para
Agan-agan, kalian juga harus ekstra kerja keras untuk membiayai kehidupan
isteri dan anak kalian kelak. Dan bahkan, perceraian pun bisa terjadi. Karena faktor
emosi kita-kita yang belum stabil.
Sebagai
remaja yang berpendidikan, seharusnya kita tau mana yang terbaik buat diri kita
masing-masing. Walaupun maksa kudu pacaran, usahakan lakukan kegiatan-kegiatan
positif, jauhi kesempatan2 yang menjurus ke arah sana.
Rusaknya
kehidupan remaja nggak murni salah remaja. Remaja hanya korban dari kerusakan
sistem kehidupan saat ini. Tinggal gimana caranya kita me’manage masa pubertas
kita-kita dengan baik.
Select The Best.. Sist, Gan! And consider for the future..J
Select The Best.. Sist, Gan! And consider for the future..J